Laman

Rabu, 13 April 2016

Melewati Masa Sulit

 

Cara Melewati Masa Sulit

Setiap orang hampir dapat dipastikan pernah mengalami masa sulit dalam hidupnya. Belakangan saya menghadapi persoalan yang cukup penting dan menguras emosi. Setahun sudah
persoalan itu seperti duri dalam hati. Dalam beberapa kesempatan saya meminta pertimbangan dari teman-teman, dan saran mereka cukup menyejukkan hati, dan sikap fair mereka memberi saya pelajaran penting bahwa ini salah satu alasan mengapa kita harus punya sahabat.

Seraya waktu berlalu, saya memetik beberapa pelajaran dalammenghadapi masalah yang datangnya dari luar diri kita.

1.  Cari tahu akar masalahnya, jangan paksakan Anda harus tahu

Ketika menghadapi masalah yang penting bagi diri sendiri, kita otomatis berpikir mengapa? Pikiran kita memang dirancang untuk mengatasi masalah. Tetapi, tidak jarang akhirnya kita menghadapi frustasi ketika akar masalah tidak kunjung ketemu. Dan kita masih bertanya  mengapa,  sepanjang waktu.
Atau dalam hal kita berpikir ‘ini dia penyebabnya’, dan kita mulai melakukan berbagai upaya mengatasi masalah, namun menghadapi jalan buntu, yang dihadapi masih belum menemukan titik terang?
Tarik diri Anda dari benang kusut persoalan. Kembali ke kehidupan normal Anda, meski ini sedikit berpura-pura. Beri tubuh dan pikiran Anda makanan dan istirahat yang cukup.

 

2. Masalah muncul setiap hari, haruskah Anda menimbunnya?

Kita setuju bahwa masalah perlu diselesaikan. Itu benar. Tetapi apakah setiap masalah harus diselesaikan dengan metode FIFO? Tidak selalu demikian. Ada masalah yang harus segera diselesaikan, ada yang membutuhkan waktu, bahkan ada yang perlu dilupakan.

Kebanyakan masalah timbul karena banyak ekspektasi. Kita berharap orang lain memperlakukan kita seperti yang kita mau, demikian sebaliknya. Bagaimana kalau tidak? Kita menghadapi masalah. Kita berharap penghasilan kita ke depan sekian rupiah, agar rencana keuangan tidak kacau. Bagaimana kalau tidak? Tentu, kita menghadapi masalah.

Minimalkan masalah dengan menginginkan apa yang perlu. Menginginkan siapa yang dapat berkompromi. Jika sudah berupaya, jangan memboroskan energi untuk hal-hal yang tidak membuat diri Anda dan atau orang lain lebih baik.

 

3. Diri Anda lebih berharga dari masalah itu sendiri

Siapa mengatakan bahwa diri Anda seorang pecundang bila tidak dapat mencapai target perusahaan misalnya. Atau siapa yang mengatakan Anda pecundang jika tidak dapat memenangkan hati seseorang? Pikirkan sejenak, bahwa kita semua pecundang dalam beberapa hal dibanding Bill Gates.

Haruskah Anda membandingkan diri dengan orang lain untuk memojokkan diri Anda sendiri? Atau haruskah Anda selalu bertindak menurut selera si penuduh dan tukang kritik? Tidak, menurutku.

Sebagian orang menganggap dirinya pecundang ketika tidak memenangkan sesuatu dalam hidup mereka.  Anda boleh berpikir demikian bila Anda tidak berupaya sebisa Anda. Saya teringat  Marco Simoncelli, pembalap  MotoGP yang tewas di sirkuit tahun 2011. Apakah Anda ingin mengorbankan diri Anda yang berharga hanya untuk tidak disebut pecundang?

Kita punya beban moral dalam melakukan apa pun yang baik. Kita hanya merasa berhutang bila dapat melakukan apa yang baik tetapi menahan diri untuk tidak melakukannya.

 

4. Kurangi mengeluh, perbanyak syukur

Setiap orang pernah mengeluh. Ini merupakan cara kita mengekspresikan kekuatiran, ketidaknyamanan kepada diri sendiri maupun orang lain. Tidak jarang keluhan kita mengandung ‘pengkambinghitaman’, baik itu orang lain, keadaan, maupun diri sendiri.

Bila Anda merasa terlalu banyak mengeluh karena hal-hal yang tidak semestinya dalam pandangan Anda, maka saatnya menguranginya. Sebaliknya, bersyukurlah, tidak soal seberapa buruk dan baiknya pengalaman yang pernah Anda dapatkan. Anda mungkin bertanya, haruskah saya bersyukur di saat-saat sulit sekali pun? Ya, memang demikian. Kita dianjurkan untuk bersyukur di dalam keadaan baik maupun buruk – meski itu agak sulit.

Bersyukur pada masa-masa buruk diibaratkan merechargepikiran. Mengembalikan diri Anda pada level energi yang sewajarnya, dimana Anda dapat mengembalikan keseimbangan diri dan kekuatan untuk meneruskan perjalanan berikutnya. Bersyukur akan hal-hal baik adalah bukti bahwa Anda menghargai apa yang Anda terima dari kehidupan (orang, benda, lingkungan).  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar